Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Rabu, 01 Agustus 2012

Short story_2 years ago

The Story of My Gank
Oleh: Melati Maeky Permata
“Git, kalo boleh jujur nih…” Fifi mengguncang pundakku.
“Hmm?” aku mendongak dan berhenti menulis Pooh,diaryku.
“Tapi sebelumnya aku mau tanya dulu nih. Mumpung gak ada Riswanda.”
“Kok kayaknya rahasia banget, Fi?”
“Iya nih.”
“Ya udah, ngomong aja langsung.”
“Mmm,,, selama 9 tahun iini kamu merasa ada perubahan gak dengan persahabatan kita?”
“Maksudnya?” Fifi ini kok basa-basinya panjang? batinku.
“Ng,,, apa kamu merasa nderedek kalo deket Riswanda?”
“Hah?” aku melongo. Apaan sih Fifi ini? Aneh. Jarang banget ngomong beginian.
“Kalo Gita sendiri gimana? Soalnya aku nderedek.
Aku? “Nggak, sih. Kenapa?”
What? Tidak? Padahal, untuk menatap matanya aku harus pasang double jantung. Itupun dengan jarak yang jauuuh. Gimana kalo jarak 10cm? Ya Tuhan, bisa-bisanya aku berbohong begini.
“Mmm,, kayaknya aku kena SJC deh…”
Apa? Sahabat Jadi Cinta? Dan aku juga. Arggghh…
“Ng,, well, it’s okay. Mulai kapan?”
“Mmm… tiga tahun yang lalu.”
Tiga tahun? Kelas 1 SMP dong? Berarti sama kayak aku dong?!
“Waktu kapan?” tanyaku hati-hati.
“Mmm… waktu acara pesi perpisahan kelas tiga…”
Voila! Aku inget sekarang. Dengan gentleman, Riswanda nolong Fifi dari sambetan kakak kelas. Melihat itu, aku jadi jealous pada Fifi. Yah, saat itu juga aku menyadari kalo aku suka dia.
Mulutku ber-ooh-ria.
“Eh, tapi jangan bilangin ke Riswanda ya!” pinta Fifi.
“Ng, gimana ya??” godaku.
Please… okay???” dia memohon dengan wajah memelas.
“Oke deh. Siiipp!!!” kami mengaitkan jari kelingking.
***
Saat itu aku berpamitan kepada Riswanda untuk pulang. Kami bertiga memang bikin proyek seni rupa. Kami udah nggak terpisah deh. Tapi setelah berjalan beberapa blok, aku teringat sesuatu. Ternyata pooh-ku ketinggalan di rumah Riswanda!
Mampus!! Gimana nasibku terus?? Gimana kalo dibaca?? Mana belom dikunci, lagi! batinku panik.
Drrrtt… drrrt…
HP-ku bergetar. Riswanda??
“Halo, Ris?”sapaku gugup.
“Besok bisa bicara, Git?”
“Mmm,,, bisa kok. Sama Fifi?”
“Iya. Udah ya..”
“Eh,, bentar! Tau diary-ku nggak??” tanyaku panik.
“Apa, Git? Aku nggak denger. Besok aja deh.” potongnya dingin.
Sambungan diputus! What happen with him?
***
“Aku mau ngomong.” Kata Riswanda dingin.
“Apaan? Kok kayaknya serius amat…” Fifi dengan santainya memainkan sedotan jusnya. Aku berpura-pura SMS-an padahal HP-ku drop!
“Kalian bisa serius dikit nggak sih?” pinta Riswanda.
“Lho, bukannya biasanya kita bicara dengan santai? Enjoy dikit dong, Riiiss.” Fifi mengaitkan jemarinya dengan milik Riswanda. Aku merasa… jealous?
“Fi, ini bukan waktunya bercanda! Dan kamu, Gita! Jangan SMS-an dulu bisa?” Riswanda melepas jemari Fifi dan merebut HP-ku,”Oh, good! This the best lies from my bestfriend!!! Gita! Kenapa bohong sih? Orang HP-mu drop gini mau SMS-an?!”
Shit!! Dia marah..
“Iya, iya. Makanya kalo ngomong cepetan!” aku menyambar HP-ku.
“Coba dengerin rekaman ini.”
Oh, Tuhan… itu kan rekaman percakapanku dengan Fifi tempo hari! OMG!!! Muka Fifi pucat. Badannya gemetar.
“Ris,, kamu…” gumamnya tak jelas.
“Dan baca ini!” dia mengeluarkan buku. Itu pooh!! Terlambat!!! Fifi udah membacanya. Matanya melebar. Mulutnya mebulat. Dia ber-ooh-ria sinis.
Dengan sigap, aku menyambar pooh dan memasukkannya ke dalam tas.
What do you mean??” tanyaku sinis.
“Maksud kalian apa? Malu kena SJC ya?? Kenapa saling nyembuiin rahasia gini, sih?!” dia memutar balikkan pertanyaan.
“Oke, sekarang apa maumu?” tantangku.
“Ris, sekarang kamu pilih siapa? Aku tau Gita??” tiba-tiba Fifi bersuara.
Aku melotot.”Fi, kamu gila ya? Kita ini sahabatan!” aku mengingatkan. Aku nggak pingin kehilangan Fifi dan Riswanda sekaligus yang udah 9 tahun bersahabat.
Riswanda diam seribu bahasa. Dia terlihat sedang…berpikir?? Ahh,, bête! Aku menyambar tasku dan segera beranjak dari tempat itu. Tapi, Riswanda menahanku.
“Persoalan ini belum selesai, Git.”
“Kalo gitu cepet bilang kamu pilih siapa, Ris!” Fifi bangkit.
“Duduk, Fi.” Perintah Riswanda tegas. Fifi menurut. Aku pun ikut duduk supaya nggak jadi totonan kantin yang ramai. Untung orang-orang nggak peduli.
“Sebenernya, ada yang aku sembunyiin dari kalian selama ini.” Kata Riswanda.
Apa? Kamu punya pacar diam-diam? Nggak kaget kok. Mukamu kan menjual, batinku.
“Apa?? Jangan bilang kalo kamu punya pacar!” desis Fifi sinis,”Atau… kalian pacaran?”
Mataku melotot. Aku hendak nyolot, tapi Riswanda udah buka mulut.
“Cewek-cewek, diem dulu, ya. Aku mau ngomong serius. Aku sengaja ngajak kumpul gini karena kupikir kalian udah saatnya untuk tau bahwa aku…”
Aku diam. Masih sedikit marah. Fifi menyedot jusnya kuat-kuat.
“Aku gay…”
Uhuuuk!!!!!!
What?? Are you crazy, Ris??” tanyaku tak percaya. Fifi buru-buru minum karena tersedak.
“Nggak. Aku waras kok. Tapi begitulah kenyataannya.”
***
Setelah itu hubungan kami renggang, terutama Fifi. Mungkin dia sakit hati arena Riswanda menyembunyikan rahasia besar yang benar-benar menyakitkan. Fifi menghindar, dengan alasan sibuk hangout dengan pacar baru. Aku maklum. Tampangnya emang menjual. Tapi aku jadi nggak enak hangout bareng Riswanda aja. Memang, aku masih bisa ngegossip cowok-cowok keren yang lewat, tapi ini dengan RISWANDA!! Walaupun gay, aku masih belum terbiasa.
Rasanya jenuh. Plus iriiiiii banget dengan Fifi. Masa dia udah dapet pengganti tapi aku belum?
Masih dalam kebimbangan, aku melangkah ke radio café, di kawasan kartini. Rasanya pingin nongkrong di sana biarpun sendirian. Tapi mataku terpaku pada cewek berbaju ungu. She’s Fifi! Kok sendiri? Katanya lagi bareng Damar, pacar barunya? Jangan-jangan…
Aku segera mengambil kursi dan menelepon Fifi.
“Halo, Git.”
“Fi, di mana?”
“Ng… di radio café nih, bareng Damar. Ini dia di sebelahku.”
Apa?? Di sebelah?”Oya? aku juga di radio café, lho!”
“Hah?!” Fifi terkejut dan menoleh. Matanya menemukan mataku. Ia kemudian berbalik dengan cepat. Aku menghampirinya.
“Ngapain sih pake bohong segala?! Pake alasan punya pacar baru, lagi!” tanyaku.
“Iya, sih. Tapi aku begini gara-gara Riswanda..”
“Ya ampun, Cuma itu?” aku tertawa.
“Eh, kamu bilang juga nge-date. Bohong juga ya?”
Aku nyengir.”Hehehe… sorry. Habis kalo ngegossip cowok ganteng bareng gay gak asiiik.”
“Huuuuu!!!!” cibir Fifi.
“Hei!!!!!!” tiba-tiba Riswanda datang.
Fifi dan aku berpandangan khawatir, takut Riswanda ngamuk lagi.
“Kalian ini bener- pecundang ya?” sindir Riswanda.
“Hahaha… yang penting jojoba dooong.” Sahut Fifi.
Riswanda mengangkat alis, nggak tahu.
JOMBLO-JOMBLO BAHAGIA!!!”
***